JAKARTA, KOMPAS.com - Kisruh pemberitaan The Age dan The Sydney Morning Herald yang menyebutkan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menyalahgunakan kekuasannya selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia mengundang reaksi berbagai pihak. Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, bahkan menegaskan bahwa publik seharusnya kembali kepada subtansi isi dari pemberitaan yang berasal dari bocoran kawat diplomatik pembicaraan Dubes AS di Indonesia tersebut. Ia menduga ada pihak di lingkar terdekat Presiden SBY yang membocorkan informasi penting negara kepada pejabat Amerika Serikat. Pasalnya, Duta Besar AS di Indonesia, Scott Marciel, sama sekali tidak membantah isi pembicaraan itu. Kadang-kadang aspek yang paling penting dari subjek tidak segera jelas. Jauhkan membaca untuk mendapatkan gambaran yang lengkap.
"Kalau kita perhatikan pernyataan duta besar AS dia hanya sesalkan bagaimana kawat rahasia bisa bocor, dia tidak katakan substansinya. Justru soal bocornya ini yang harus pemerintah Indonesia pertanyakan, kenapa info-info itu bisa bocor. Dari mana kedutaan dapat info itu," ungkap Muzani, Minggu (13/3/2011), di sela-sela resepsi pernikahan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, di kantor PP Muhammadiyah, Menteng. Ia pun menegaskan bahwa pihak istana jangan hanya mengklarifikasi pemberitaan yang ada, tetapi lebih jauh harus mencari siapa pihak yang dengan cerdiknya berhasil mendapatkan informasi penting dan membocorkannya ke pihak asing. "Pasti ada orang dalam lingkar satu SBY yang jadi informan AS dan membocorkan gerak-gerik presiden," ucap Muzani. Muzani khawatir di antara orang-orang terdekat Presiden ada penyusup agen asing yang menjadi pihak pembocor informasi. "Presiden harus mencari siapa di antara mereka yang menjadi agen asing. Harus dicari itu," ucapnya. "Tidak usah gugup kebakaran jenggot. Tenang cari dulu siapa. Presiden pasti tahu orang-orangnya ada di sekitar dia." Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clindon, menyesalkan kebocoran dokumen-dokumen atau pembicaraan-pembicaraan pejabat AS ke publik. Ia mengaku bahwa itu merupakan hasil observasi di lapangan dan pendapat pribadi pejabat AS yang masih harus diuji kebenarannya. Hillary melalui siaran pers yang dirilis Kedubes AS menyatakan permohonan maaf yang mendalam kepada Presiden SBY dan rakyat Indonesia. Adapun akibat bocornya kawat diplomatik AS di Wikileaks, dua surat kabar Australia, The Age dan The Sydney Morning Herald mempublikasikan berita tentang penyalahgunaan kekuasan presiden SBY.
"Kalau kita perhatikan pernyataan duta besar AS dia hanya sesalkan bagaimana kawat rahasia bisa bocor, dia tidak katakan substansinya. Justru soal bocornya ini yang harus pemerintah Indonesia pertanyakan, kenapa info-info itu bisa bocor. Dari mana kedutaan dapat info itu," ungkap Muzani, Minggu (13/3/2011), di sela-sela resepsi pernikahan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, di kantor PP Muhammadiyah, Menteng. Ia pun menegaskan bahwa pihak istana jangan hanya mengklarifikasi pemberitaan yang ada, tetapi lebih jauh harus mencari siapa pihak yang dengan cerdiknya berhasil mendapatkan informasi penting dan membocorkannya ke pihak asing. "Pasti ada orang dalam lingkar satu SBY yang jadi informan AS dan membocorkan gerak-gerik presiden," ucap Muzani. Muzani khawatir di antara orang-orang terdekat Presiden ada penyusup agen asing yang menjadi pihak pembocor informasi. "Presiden harus mencari siapa di antara mereka yang menjadi agen asing. Harus dicari itu," ucapnya. "Tidak usah gugup kebakaran jenggot. Tenang cari dulu siapa. Presiden pasti tahu orang-orangnya ada di sekitar dia." Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clindon, menyesalkan kebocoran dokumen-dokumen atau pembicaraan-pembicaraan pejabat AS ke publik. Ia mengaku bahwa itu merupakan hasil observasi di lapangan dan pendapat pribadi pejabat AS yang masih harus diuji kebenarannya. Hillary melalui siaran pers yang dirilis Kedubes AS menyatakan permohonan maaf yang mendalam kepada Presiden SBY dan rakyat Indonesia. Adapun akibat bocornya kawat diplomatik AS di Wikileaks, dua surat kabar Australia, The Age dan The Sydney Morning Herald mempublikasikan berita tentang penyalahgunaan kekuasan presiden SBY.
