SUARA tembakan beruntun tiba-tiba terdengar nyaring saat taksi memasuki kota Benghazi di Libya timur, 3 Maret 2011 sore. Sungguh menggetarkan hati bagi siapa pun yang menjadi pendatang baru di kota itu. Namun, si sopir taksi, Abdel Nasser, langsung menenangkan dengan mengatakan tidak usah takut. Itu suara tembakan dari para pemuda yang sedang berlatih kemiliteran, ujar Abdel Nasser. Di distrik dekat bandar udara Benghazi terdapat kamp militer yang kini dijadikan tempat berlatih kemiliteran para pemuda sukarelawan pembela revolusi. Berbagai sumber di Benghazi menyebut ada sekitar 30.000 pemuda datang dari sejumlah wilayah di Libya timur, yang kini sedang mendapat pelatihan kemiliteran di Benghazi. Para pemuda itu, dengan dibantu anggota militer yang membelot dari Moammar Khadafy, kini terlibat pertempuran dengan milisi bersenjata loyalis Khadafy di sejumlah kota, seperti Brega, Ras Lanuf, dan Bin Jawad. Setelah beberapa hari berada di Benghazi, mendengar bunyi dentuman peluru dari berbagai jenis senjata hampir setiap hari dan di sejumlah tempat merupakan sebuah keniscayaan saat ini. Bagi penduduk kota terbesar kedua di Libya itu, mendengar bunyi dentuman peluru sudah menjadi rutinitas keseharian. Warga asing pun, jika sudah beberapa hari tinggal di kota itu, bisa memaklumi kalau sering mendengar bunyi dentuman peluru itu. Ada tiga sumber bunyi dentuman peluru tersebut. Pertama, dari penduduk kota yang cukup banyak memiliki senjata. Dalam suasana euforia revolusi, mereka biasa menembakkan senjata ke udara setiap ada aksi unjuk rasa atau pawai kendaraan di jalan-jalan atau juga setiap ada keramaian seperti pesta. Kedua, para pemuda yang sedang menjalankan latihan kemiliteran di kamp pelatihan dekat bandar udara. Penduduk kota Benghazi yang tinggal dekat bandar udara pasti mendengar bunyi dentuman peluru dari kamp latihan itu setiap hari. Ketiga, bunyi peluru kendali (rudal) antiserangan udara yang tampaknya sedang mencoba menghalau pesawat tempur loyalis Khadafy yang memantau kota Benghazi. Bunyi rudal antiserangan udara itu biasa terdengar di atas pukul 19.00 waktu setempat. Suara dentuman peluru yang terakhir ini bisa didengar dari rumah atau hotel yang dekat dengan pantai di Benghazi. Suara rentetan tembakan dan ledakan paling keras terdengar pukul 21.00 hingga pukul 24.00 pada Jumat pekan lalu ketika pesawat tempur loyalis Khadafy menggempur gudang senjata dan peluru dekat kota Benghazi. Kompas saat itu sempat ketakutan dan lari dari lantai tiga hotel menuju ke lobi. Ledakan gudang senjata dan amunisi di pinggiran kota Benghazi Jumat itu tak hanya menewaskan 26 orang, tetapi juga meratakan bangunan dengan tanah serta meluluhlantakkan mobil-mobil dan pepohonan di areal seluas tiga kali lapangan sepak bola. Itulah kota Benghazi yang masih melakukan perlawanan untuk mempertahankan revolusi melalui senjata yang berada di tangan penduduknya guna melawan rezim Khadafy. Kota Benghazi juga memikul beban revolusi yang dikobarkan putra-putranya sejak 15 Februari 2011. Meski kota itu dan penduduknya telah menikmati kebebasan, banyak gedung di kota itu masih menyisakan bekas kebakaran dan sisa-sisa kekerasan di sana-sini. Tidak sedikit gedung di sepanjang Jalan Gamal Abdel Nasser dan di Alun-alun Tahrir di Benghazi terlihat hangus kehitaman bekas kobaran api. Banyak pula toko di sepanjang jalan itu tampak pecah kacanya yang belum sempat diganti kaca baru oleh pemiliknya. Mereka dari Anda tidak akrab dengan yang terakhir pada Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah sekarang memiliki setidaknya pemahaman dasar. Tapi ada lagi yang akan datang.
Jika melihat gedung-gedung di Alun-alun Tahrir dan banyak toko di Jalan Gamal Abdel Nasser yang rusak, bisa digambarkan revolusi itu telah menelan korban jiwa cukup besar. Namun, kehidupan kota Benghazi yang berpenduduk hampir satu juta jiwa itu kini secara umum terbilang normal. Arus lalu lintas di jalan-jalan raya di kota Benghazi cukup padat pada jam kerja yang dimulai dari hari Minggu hingga Kamis. Toko, restoran, dan pasar buka sejak pukul 09.00. Bahkan, lalu lintas Jalan Gamal Abdel Nasser dan Omar Mukhtar yang merupakan pusat pertokoan dan perkantoran di Benghazi sering macet. Jika menyelusuri pantai kota Benghazi yang indah dan taman-tamannya yang hijau, masih sering ditemukan penduduk kota yang duduk santai sambil menikmati serpihan ombak Laut Mediterania atau kehijauan pepohonan di taman. Ada dua anak belia Libya yang mengaku bernama Tamim (12) dan Muayyad (10) duduk berdua sambil tertawa-tawa di sebuah taman di tepi Jalan Gamal Abdel Nasser. Kadang Tamim dan Muayyad beranjak dari tempat duduknya dan lalu berlari-larian di taman itu. Mereka seperti tidak peduli dengan keadaan negerinya yang praktis sedang dilanda perang saudara dan beberapa kotanya porak poranda saat ini. Masih banyak Tamim dan Muayyad yang lain di taman-taman atau tepi pantai di kota Benghazi. Euforia revolusi yang membebaskan kota Benghazi dari cengkeraman rezim otoriter Khadafy memang telah menyebabkan adanya perubahan terhadap mental dan perilaku penduduk kota tersebut. Sikap lebih berani, lebih percaya diri, lebih ceria, dan lebih bebas sangat tergambar pada wajah penduduk kota Benghazi masa kini. Baru pertama kali saya merasa hidup bebas di negeri sendiri. Saya tidak khawatir akan terjadi aksi anarki atau situasi tidak stabil pasca-tumbangnya rezim Khadafy karena kami percaya bisa mengatur dan mengendalikan negeri ini, lanjut Hindun, seorang aktivis wanita di kota Benghazi. Di kota itu pun sering terlihat pemuda berpawai dengan konvoi kendaraan keliling kota dengan mengibarkan bendera baru Libya berwarna paduan hitam, merah, dan hijau dengan gambar bulan bintang di tengahnya, dan sambil melepaskan tembakan ke udara. Benghazi adalah kota pertama yang jatuh ke tangan kaum revolusioner (jatuh pada 18 Februari lalu), disusul kota-kota di Libya timur, seperti Tobruk, Darna, Bayda. Kota Benghazi kini menjadi basis pemerintah revolusi yang disebut sebagai Dewan Nasional Transisi pimpinan Mustafa Abdel Jalil. Kepada televisi Al Arabiya, Selasa kemarin, Mustafa Abdel Jalil mengungkapkan, Tuntutan utama kami adalah ia (Khadafy) mengumumkan pengunduran dirinya. Kata pemimpin Dewan Nasional Transisi ini, Tidak ada kesempatan bagi Khadafy untuk memerintah Libya lebih lama lagi. Oposisi juga menolak diajak berunding dengan pihak rezim, yang menurut mereka telah menumpahkan darah bangsa sendiri....
Jika melihat gedung-gedung di Alun-alun Tahrir dan banyak toko di Jalan Gamal Abdel Nasser yang rusak, bisa digambarkan revolusi itu telah menelan korban jiwa cukup besar. Namun, kehidupan kota Benghazi yang berpenduduk hampir satu juta jiwa itu kini secara umum terbilang normal. Arus lalu lintas di jalan-jalan raya di kota Benghazi cukup padat pada jam kerja yang dimulai dari hari Minggu hingga Kamis. Toko, restoran, dan pasar buka sejak pukul 09.00. Bahkan, lalu lintas Jalan Gamal Abdel Nasser dan Omar Mukhtar yang merupakan pusat pertokoan dan perkantoran di Benghazi sering macet. Jika menyelusuri pantai kota Benghazi yang indah dan taman-tamannya yang hijau, masih sering ditemukan penduduk kota yang duduk santai sambil menikmati serpihan ombak Laut Mediterania atau kehijauan pepohonan di taman. Ada dua anak belia Libya yang mengaku bernama Tamim (12) dan Muayyad (10) duduk berdua sambil tertawa-tawa di sebuah taman di tepi Jalan Gamal Abdel Nasser. Kadang Tamim dan Muayyad beranjak dari tempat duduknya dan lalu berlari-larian di taman itu. Mereka seperti tidak peduli dengan keadaan negerinya yang praktis sedang dilanda perang saudara dan beberapa kotanya porak poranda saat ini. Masih banyak Tamim dan Muayyad yang lain di taman-taman atau tepi pantai di kota Benghazi. Euforia revolusi yang membebaskan kota Benghazi dari cengkeraman rezim otoriter Khadafy memang telah menyebabkan adanya perubahan terhadap mental dan perilaku penduduk kota tersebut. Sikap lebih berani, lebih percaya diri, lebih ceria, dan lebih bebas sangat tergambar pada wajah penduduk kota Benghazi masa kini. Baru pertama kali saya merasa hidup bebas di negeri sendiri. Saya tidak khawatir akan terjadi aksi anarki atau situasi tidak stabil pasca-tumbangnya rezim Khadafy karena kami percaya bisa mengatur dan mengendalikan negeri ini, lanjut Hindun, seorang aktivis wanita di kota Benghazi. Di kota itu pun sering terlihat pemuda berpawai dengan konvoi kendaraan keliling kota dengan mengibarkan bendera baru Libya berwarna paduan hitam, merah, dan hijau dengan gambar bulan bintang di tengahnya, dan sambil melepaskan tembakan ke udara. Benghazi adalah kota pertama yang jatuh ke tangan kaum revolusioner (jatuh pada 18 Februari lalu), disusul kota-kota di Libya timur, seperti Tobruk, Darna, Bayda. Kota Benghazi kini menjadi basis pemerintah revolusi yang disebut sebagai Dewan Nasional Transisi pimpinan Mustafa Abdel Jalil. Kepada televisi Al Arabiya, Selasa kemarin, Mustafa Abdel Jalil mengungkapkan, Tuntutan utama kami adalah ia (Khadafy) mengumumkan pengunduran dirinya. Kata pemimpin Dewan Nasional Transisi ini, Tidak ada kesempatan bagi Khadafy untuk memerintah Libya lebih lama lagi. Oposisi juga menolak diajak berunding dengan pihak rezim, yang menurut mereka telah menumpahkan darah bangsa sendiri....