JAKARTA, KOMPAS.com " Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar membenarkan informasi mengenai penangkapan Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Narkotika Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Marwan Adli oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), Selasa (8/3/2011) lalu. Namun, ia berharap Marwan Adli tidak langsung dibawa ke Jakarta karena belum ada orang yang menggantikan posisinya sebagai Kalapas Narkotika. Marwan ditangkap dengan dugaan menerima aliran dana dari indikasi jaringan narkotika di lapas yang dipimpinnya. Aparat BNN masuk ke Lapas Narkotika Nusakambangan, Selasa pukul 15.10 WIB, dan menggeledah ruang kerja Marwan. Selain Marwan, dua tersangka petugas lapas yang juga ditangkap adalah Kepala Pengamanan Lapas Iwan Syaefuddin dan Kepala Seksi Bina Pendidikan Fob Budhiyono. Aparat BNN berupaya menangkap tersangka lain. Aparat juga telah menyita beberapa barang dari ruang kerja Marwan dan dua petugas lapas, seperti buku laporan, uang, dan komputer. Sebagian besar informasi ini berasal langsung dari pro Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah. Hati-hati membaca untuk mengakhiri hampir menjamin bahwa Anda akan tahu apa yang mereka ketahui.
"Kawan-kawan memang diminta jangan dibawa dulu sambil kami siapkan pengganti, sebabsaya khawatir siapa nanti yang akan bertanggung jawab di lapas. Kami tidak keberatan BNN memeriksa staf yang indikasi terlibat, tapi jangan dibawa dulu. Tentu lapasnya harus aman, siapa yang bertanggung jawab di sana, tentu harus ada petugasnya. Kalau nanti ada keributan bakar-membakar, siapa yang bertanggung jawab kalau enggak ada kalapas," jelas Patrialis di kantor Kemhuk dan HAM, Rabu (9/3/2011). Patrialis menegaskan, jika hasil pemeriksaan menyatakan para oknum lapas tersebut bersalah, maka pihaknya tak segan-segan mencopot semua staf yang terlibat. Kemhuk dan HAM masih menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BNN. Saat ini sejumlah tersangka masih diamankan di Polres Cilacap. Penangkapan ini dilakukan setelah sejak Oktober 2010 BNN mencurigai adanya transaksi dan jaringan narkotik di Lapas Nusakambangan. BNN kemudian menelusuri sejumlah transaksi yang diduga digunakan tersangka untuk menjalankan aktivitas perdagangan narkotik. Diduga ada aliran dana yang mengalir ke rekening Marwan dan dua staf lainnya. BNN juga menemukan sejumlah aset yang diduga berasal dari hasil perdagangan narkotika itu.
"Kawan-kawan memang diminta jangan dibawa dulu sambil kami siapkan pengganti, sebabsaya khawatir siapa nanti yang akan bertanggung jawab di lapas. Kami tidak keberatan BNN memeriksa staf yang indikasi terlibat, tapi jangan dibawa dulu. Tentu lapasnya harus aman, siapa yang bertanggung jawab di sana, tentu harus ada petugasnya. Kalau nanti ada keributan bakar-membakar, siapa yang bertanggung jawab kalau enggak ada kalapas," jelas Patrialis di kantor Kemhuk dan HAM, Rabu (9/3/2011). Patrialis menegaskan, jika hasil pemeriksaan menyatakan para oknum lapas tersebut bersalah, maka pihaknya tak segan-segan mencopot semua staf yang terlibat. Kemhuk dan HAM masih menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BNN. Saat ini sejumlah tersangka masih diamankan di Polres Cilacap. Penangkapan ini dilakukan setelah sejak Oktober 2010 BNN mencurigai adanya transaksi dan jaringan narkotik di Lapas Nusakambangan. BNN kemudian menelusuri sejumlah transaksi yang diduga digunakan tersangka untuk menjalankan aktivitas perdagangan narkotik. Diduga ada aliran dana yang mengalir ke rekening Marwan dan dua staf lainnya. BNN juga menemukan sejumlah aset yang diduga berasal dari hasil perdagangan narkotika itu.