JAKARTA, KOMPAS.com " Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqqodas mengatakan, untuk membuat efek jera dari koruptor bisa melalui hukuman dengan tuntutan pidana yang lebih berat atau dengan hukuman mental berupa sanksi sosial. Secara sanksi sosial, Busyro memberi contoh, misalnya setiap hari Sabtu dan Minggu terdakwa koruptor memakai baju bertuliskan "Saya Koruptor" dan diharuskan membersihkan jalanan umum dengan memakai pakaian tersebut. Bagaimana Anda bisa mencanangkan batas belajar lebih banyak? Bagian berikutnya mungkin berisi bahwa salah satu sedikit kebijaksanaan yang mengubah segalanya.
"Efek jera bisa dengan hukuman sanksi sosial. Koruptor yang menjadi terdakwa yang sudah terbukti kasus korupsi itu setiap Sabtu dan Minggu pakai pakaian yang ada tulisan "Saya Koruptor". Kemudian harus membersihkan jalan-jalan umum. Itu pandangan saya pribadi, bukan KPK ya. Itu untuk membuat mereka jera juga. Selain dengan tuntutan hukuman yang berat," ungkap Busyro seusai mengisi kuliah umumKarya Latihan Bantuan Hukum di Kantor LBH Jakarta, Senin (28/03/2011). Menurut Busyro, cara-cara seperti ini juga bisa membawa pengaruh agar pihak-pihak yang ingin melakukan tindak pidana korupsi berpikir panjang melakukan aksi-aksi mereka jika mengetahui hukuman berat dan hukuman sanksi sosial yang tegas.Busyro juga berharap dengan adanya draf revisi Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (RUU Tipikor), akan membawa spirit baru, dalam memberantas korupsi. Selain itu, revisi RUU diharapkan menindak tegas para koruptor yang berada di Indonesia, terutama dengan tindak pidana korupsi yang terjadi secara struktural dalam instansi pemerintahan. "Dengan revisi semoga membawa spirit yang baru. Spirit yang menjawab kewajiban negara agar Pemerintahan di Indonesia bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal itu semakin riil jika saja dilakukan dengan sanksi dan hukuman yang sesuai," imbuh Busyro.
"Efek jera bisa dengan hukuman sanksi sosial. Koruptor yang menjadi terdakwa yang sudah terbukti kasus korupsi itu setiap Sabtu dan Minggu pakai pakaian yang ada tulisan "Saya Koruptor". Kemudian harus membersihkan jalan-jalan umum. Itu pandangan saya pribadi, bukan KPK ya. Itu untuk membuat mereka jera juga. Selain dengan tuntutan hukuman yang berat," ungkap Busyro seusai mengisi kuliah umumKarya Latihan Bantuan Hukum di Kantor LBH Jakarta, Senin (28/03/2011). Menurut Busyro, cara-cara seperti ini juga bisa membawa pengaruh agar pihak-pihak yang ingin melakukan tindak pidana korupsi berpikir panjang melakukan aksi-aksi mereka jika mengetahui hukuman berat dan hukuman sanksi sosial yang tegas.Busyro juga berharap dengan adanya draf revisi Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (RUU Tipikor), akan membawa spirit baru, dalam memberantas korupsi. Selain itu, revisi RUU diharapkan menindak tegas para koruptor yang berada di Indonesia, terutama dengan tindak pidana korupsi yang terjadi secara struktural dalam instansi pemerintahan. "Dengan revisi semoga membawa spirit yang baru. Spirit yang menjawab kewajiban negara agar Pemerintahan di Indonesia bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal itu semakin riil jika saja dilakukan dengan sanksi dan hukuman yang sesuai," imbuh Busyro.
