Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) tengah menggarap 11 proyek pengembangan panas bumi dengan total daya 765 MW. Direktur Perencanaan dan Pengembangan PGE, Zainal Ilmie Bachrun di Jakarta, Selasa mengatakan, ke-11 proyek itu merupakan bagian dari rencana pengembangan panas bumi yang ditargetkan sebesar 1.342 MW dalam beberapa tahun mendatang. "Selain proyek panas bumi 765 MW, kami juga mempunyai tujuh proyek sebesar 307 MW yang belum bisa direalisasikan karena terkendala beberapa hal," katanya. Selain memerlukan konfirmasi cadangan, menurut dia, pengembangan panas bumi 307 MW masih memerlukan kajian teknologi dan keekonomian lebih lanjut serta adanya kendala pemanfaatan hutan. Those of you not familiar with the latest on mobil keluarga ideal terbaik indonesia now have at least a basic understanding. But there's more to come.
Zainal menambahkan, ke-11 proyek dengan daya 765 MW itu juga masih terdapat kendala perijinan. "Kami memandang perlu dilakukan pendekatan dan sosialisasi kepada pemda stempat dan manfaatnya bagi daerah," ujarnya. Menurut dia, koordinasi antarinstansi dan antarpusat dan daerah dalam menyelesaikan permasalahan perijinan akan mempercepat pengembangan panas bumi. Ke-11 proyek dengan kapasitas 765 MW adalah Ulubelu 1&2 berdaya 110 MW, Lumut Balai 1&2 110 MW, Lahendong 4 20 MW, Lahendong 5&6 40 MW, Hulu Lais 1&2 110 MW, Kotamobagu 1&2 40 MW, Sungai Penuh 1 55 MW, Karaha 1 30 MW, Kamojang 5 30 MW, Ulubelu 3&4 110 MW, dan Lumut Balai 3&4 110 MW. Sedang, tujuh proyek sebesar 307 MW adalah Kamojang 6 30 MW, Lahendong 7,5 MW, Sibayak 9,5 MW, Kotamobagu 3&4 20 MW, Sungai Penuh 2 55 MW, Karaha 2&3 110 MW, dan Iyang Argopuro 55 MW. Zainal juga mengatakan, proyek panas bumi yang terkendala belum terbitnya izin lokasi adalah Ulubelu 1,2,3&4, terhambat ijin pinjam pakai lahan kehutanan yang belum terbit adalah Lumut Balai 1,2,3&4 dan Karaha Bodas, serta ijin dari Dinas Pertambangan Umum Jambi terkait mobilisasi rig untuk Sungai Penuh.
Zainal menambahkan, ke-11 proyek dengan daya 765 MW itu juga masih terdapat kendala perijinan. "Kami memandang perlu dilakukan pendekatan dan sosialisasi kepada pemda stempat dan manfaatnya bagi daerah," ujarnya. Menurut dia, koordinasi antarinstansi dan antarpusat dan daerah dalam menyelesaikan permasalahan perijinan akan mempercepat pengembangan panas bumi. Ke-11 proyek dengan kapasitas 765 MW adalah Ulubelu 1&2 berdaya 110 MW, Lumut Balai 1&2 110 MW, Lahendong 4 20 MW, Lahendong 5&6 40 MW, Hulu Lais 1&2 110 MW, Kotamobagu 1&2 40 MW, Sungai Penuh 1 55 MW, Karaha 1 30 MW, Kamojang 5 30 MW, Ulubelu 3&4 110 MW, dan Lumut Balai 3&4 110 MW. Sedang, tujuh proyek sebesar 307 MW adalah Kamojang 6 30 MW, Lahendong 7,5 MW, Sibayak 9,5 MW, Kotamobagu 3&4 20 MW, Sungai Penuh 2 55 MW, Karaha 2&3 110 MW, dan Iyang Argopuro 55 MW. Zainal juga mengatakan, proyek panas bumi yang terkendala belum terbitnya izin lokasi adalah Ulubelu 1,2,3&4, terhambat ijin pinjam pakai lahan kehutanan yang belum terbit adalah Lumut Balai 1,2,3&4 dan Karaha Bodas, serta ijin dari Dinas Pertambangan Umum Jambi terkait mobilisasi rig untuk Sungai Penuh.